Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, November 16, 2008

VITAMIN A DAN DEFISIENSINYA

Vitamin A adalah istilah umum untuk suatu kelompok senyawa yang memiliki aktivitas biologi dari retinol dan merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi, pertumbuhan, diferensiasi epitelium, dan sekresi lendir/getah. Sumber utama vitamin A adalah pigmen karotenoid (umumnya β- karetin) dan retinil ester dari hewan. Senyawa ini diubah menjadi retinol dan diesterifikasi dengan asam lemak rantai panjang. Hasil dari retinil ester diabsorpsi bersama lemak dan ditransportasikan ke hati untuk disimpan

Tergantung kebutuhan jaringan, retinil ester diubah menjadi retinol dan ditranportasikan oleh retinol-binding protein (RBP), yang membentuk suatu kompleks bersama prealbumin. RBP berfungsi untuk melarutkan retinol yang mengirimkannya ke sel-sel

Konsentrasi serum RBP berbeda dengan ketersediaan vitamin A, yang akan berkurang ketika defisiensi protein dan penyakit hati dan meningkat ketika penyakit ginjal dan pengaturan estrogen. Ketika status vitamin A mencukupi, sekitar 50 hingga 80% total retinol tubuh akan disimpan pada hati dan lebih dari 90% sebagai retinil ester. Tingkat plasma vitamin A dan RBP mungkin ditekan atau tidak pada pecandu alkohol yang kronis. Pada penyakit hati kronis konsentrasi plasma retinol dan RBP biasanya berkurang proporsinya sehubungan dengan penyakit yang berat

Vitamin A berfungsi dalam pertumbuhan terutama dalam menyesuaikan pertumbuhan tulang melalui proses remodeling. Vitamin A penting untuk aktivitas sel-sel dalam tulang rawan epifase yang harus menjadi sustu siklus pertumbuhan normal, pendewasaan dan degenerasi untuk pertumbuhan tulang yang normal, yang dikontrol oleh epifase

Vitamin A mempertahan integritas jaringan epitel melalui pengaruhnya terhadap pemecahan sel, sintesis RNA, glikosilasi protein, stabilitas membran lisosom, dan biosintesis prostaglandin. Melalui mekanisme ini, vitamin A menentukan proses keratinisasi dan diferensiasi lapisan epitel. Hal ini menjalankan peranan penting dalam penglihatan. Retina adalah kelompok prosthetic pigmen fotosensitif pada mata kemungkinan cahaya yang diterima diubah menjadi rangsangan syaraf

Vitamin A mempunyai peranan penting dalam kesuburan/fertilasi. Dalam keadaan defisiensi vitamin A, spermatogenesis berhenti/ditahan pada tingkat spermatid (pada tikus, ayam dan sapi), dan sebaliknya spermatogenesis akan terjadi apabila diberi vatamin A. Defesiensi vatamin A juga akan mengganggu siklus estrus, perkembangan plasenta dan aspek ini reproduksi betina (tikus dan ayam), yang dapat menyebabkan resorpsi janin

Vitamin A juga memilki peranan penting dalam fungsi normal sistem kekebalan tubuh. Defisiensi vatamin A pada hewan percobaan berkaitan dengan pengurangan proliferasi limfosit, reaksi hipersensitivitas kulit, pengurangan fungsi makrofage, sitotoksik sel-T dan sel NK; dan pengurangan proliferasi sel-β dan produksi antibodi

Defisiensi Vitamin A

Tanda-tanda defisiensi vitamin A telah dipelajari secara luas dan rinci dibanding kelainan defisiensi zat gizi lainnya. Mata merupakan organ tubuh yang mengalami gangguan, yang secara dominan terjadi pada anak-anak. Kekeringan (xerisis) dan diakui oleh ketidakmampuan untuk membasahi konjungtiva bulbar. Bitot’s spot (bercak bitot) merupakan keratinisasi lebih lanjut dari sel epitel konjungtif. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, Bitot’s spot merupakan cacat dari defisiensi masa lalu. Keikutsertaan komea, dimulai sebagai keratopathy punctate permukaan dan lanjutan dari xerosis dan berbagai tingkat pemborokan dan keratomalasia, yang sering mengakibatkan kebutaan

Defisiensi vitamin A yang menunjukkan pengeringan membran konjungtif dan komea (xerosis) dan adanya Bito’s spot merupakan perubahan yang dapat disembuhkan dengan vitamin A. Jika defisensi vitamin A terus berlangsung dan pelunakan komea (keratomalasia) serta pemborokan, maka kebutaan merupakan akibat yang tidak dapat disembuhkan

Perubahan generatif punctate pada retina (puncak xeropthalmia) merupakan tanda yang jarang terjadi dari defesiensi kronik yang sering terlihat pada anak yang lebih besar. Luka kornea (comea scar) mempunyai banyak penyebab, tetapi yang ada pada bagian komea seseorang dengan sejarah masa lalunya mengalami defesiensi gizi dan/atau tanda penyakit campak yang sering pada defesiensi penyakit vatamin A tingkat lebih awal

Manifestasi ekstraokular termasuk hiperkeratosis perifolikular, hiperkeratinisasi kulit epitel di sekitar folikel rambut. Keadaan ini paling sering terlihat pada lengan atas dan siku. Hal ini juga terlihat pada kejadian kelaparan yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B kompleks atan asam lemak esensial. Perubahan lain, yang termasuk kerusakan indera perasa, anoreksea, gangguan vestibular, perubahan tulang dengan tekanan pada syaraf cranial, peningkatan tekanan intracranial, perubahan bentuk congenital dan kemandulan, yang terlihat jelas pada hewan

Studi mengenai suplementasi vitamin A dan β-karoten terhadap wanita hamil yang mengalami rabun senja di Nepal menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A dan β-karoten mengurangi kejadian buta senja sampai 50%. Intik vitamin A yang mendekati jumlah yang dianjurkan oleh wanita hamil menurunkan tetapi tidak menghilangkan kejadian rabun senja, sehingga intik vitamin A yang lebih besar dari yang disediakan atau dengan zat gizi lain mungkin diperlukan untuk mencegah ibu yang mengalami buta senja

Defisiensi vitamin A merupakan suatu endemi pada beberapa negara ketiga, yang dapat menyebabkan kebutaan. Defisiensi ini juga terlihat dalam sindrom melabsorpsi lemak. Secara klinis, menurut tipe tanda ocular, dimulai dengan rabun senja dan diakhiri dengan kebutaan. Perubahan secara meluas dari perkembangan epitel

Dalam tahun-tahun terakhir, percobaan klinis dan masyarakat suplementasi vitamin A pada anak-anak menunjukkan penurunan yang signifikan semua penyebab kesakitan dan kematian. Studi yang dilakukan di New Delhi mengenai perlakuan selama masa diare akut pada anak usia 12-60 bulan menunjukkan bahwa pemberian vitamin A selama diare akut dapat menurunkan periode diare dan resiko diare yang menetap pada anak-anak yang tidak diberi ASI, tetapi tidak terlihat pada anak yang memperoleh ASI.

Studi yang dilakukan pada anak Indonesia, menemukan bahwa anak dengan xeropthalmia sedang memiliki resiko terkena infeksi pernafasan dan diare relatif lebih tinggi dibanding anak yang tidak mempunyai tanda kelainan di mata.
Studi yang dilakukan di Nepal mengenai dampak suplementasi vitamin A pada masa pertumbuhan awal anak (12-60 bulan) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang relatif pada pertumbuhan jaringan halus yang terjadi selama empat bulan pemberian suplemen vitamin A dan efek terhadap pertumbuhan linear yang berangsur-angsur. Defisiensi vitamin yang agak berat, yang ditandai dengan xeropthalmia, menyebabkan gangguan pada pertumbuhan linear normal, tetapi pada tahap defisiensi yang sedang tidak mempunyai pengaruh.

Studi yang mengenai pertumbuhan linear anak usia 6 bulan hingga 4 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa anak yang memiliki konsentrasi serum retinol yang rendah mencapai peningkatan tinggi badan yang lebih besar secara signifikan (0,39 cm/bulan) setelah suplementasi vitamin A dibanding kelompok kontrol. Anak yang berusia 24 bulan juga mencapai pertambahan tinggi badan yang lebih tinggi dibanding bayi

Kejadian efidemiologi menunjukkan bahwa adanya kaitan dengan konsumsi makanan yang mengandung karotenoid dengan lebih rendahnya kejadian kanker tipe-tipe tertentu, seperti kanker paru-paru, kanker kolon dan bladder. Diduga bahwa aktivitas kanker berkaitan dengan pengaruh esensial dari vitamin A dalam diferensiasi sel-sel epitel. Sebagai contoh konsumsi rutin sayuran hijau tua dan kuning, sayuran crucifera dan tomat berkaitan dengan penurunan angka kanker paru-paru

Efek anti kanker dari sebagian besar tanaman tersebut berhubungan dengan β-karoten, dibanding produksi vitamin A dalam tubuh dari karotenoid. Efek anti kanker ari tomat berkaitan dengan Iycopene, dan sayuran hijau tua berkaitan dengan lutein. Pada saat studi lainnya menunjukkan bahwa kanker berkaitan dengan intik vitamin A sebanyak 5000 IU per hari dan tingkat kejadian yang tinggi berkaitan dengan intik 1700 hingga 2500 IU per hari . Pada tingkat pengetahuan saat ini tidak akan disarankan untuk menggunakan dosis dalam bentuk vitamin A, melainkan dalam bentuk karoten dengan dosis seperti yang direkomendasikan untuk konsumsi setiap hari (RDA) untuk pengobatan/pencegahan kanker.

Studi pada hewan menunjukkan hubungan antara intik tinggi karotenoid dari buah-buahan dan sayur-sayuran dengan pengurangan resiko bebetapa penyakit berbahaya, termasuk kanker prostat. Studi yang dilakukan mengenai efek β-karoten terhadap laju pertumbuhan in vitro menunjukkan bahwa efek biologis invitro β-karoten terhadap sel-sel prostat menghasilkan konversi β-karoten ke retinol atau metabolit lainnya.

Hasil studi Slattery, et.al (2000) terhadap 1993 subyek berusia antara 30 hingga 79 tahun yang telah didiagnosis menderita kanker usus besar dan kontrol sebanyak 2410 pasien tidak menderita kanker menunjukkan bahwa beberapa jenis karoteoid, yaitu lutein dan zeaxanthin mempunyai efek melawan kanker usus besar, dengan efek yang lebih tinggi pada orang yang lebih muda. Sumber utama lutein yang dikonsumsi berasal dari bayam, brokoli, selada, tomat, wortel, jus jeruk, seledri, sayuran hijau dan telur. Hal ini menunjukkan efek antioksidan dan lutein dan zeaxanthin, yang mempunyai efektifitas biokimia dan reaksinya terhadap membran sel yang karsinogen pada usus besar.

Kriteria WHO untuk masalah vitamin A kesehatan masyarakat saat ini tidak hanya termasuk prevalensi defisiensi vitamin A yang berat dengan tanda dimata (seperti Xerosis kornea, bitot’s spot) tetapi juga indikator sub-klinis (seperti retinol serum yang rendah, retinol ASI yang rendah). Diperkirakan setiap tahun, 3 hingga 10 juta anak, kebanyakan tinggal di negara berkembang mengalami xeropthamia, dan antara 250.000 hingga 500.000 menjadi buta. Program kesehatan masyarakat internasional untuk menjadikan prioritas utama untuk mengatasi defisiensi vitamin A dan xerothamia. Penyediaan suplemen vitamin A sebanyak 50.000 hingga 200.000 IU (15.000 – 60.000 μg RE, menurut umur) kepada anak-anak yang beresiko mengalami defisiensi vitamin A untuk melindungi selama 4 hingga 6 bulan. Perbaikan intik makanan jelas diperlukan sebagai penyelesaian jangka panjang terhadap defisiensi vitamin A

Toksisitas (hiperavitaminosis A)
Toksisitas akut lebih umum terjadi pada anak-anak. Kebanyakan ciri-cirinya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial, yaitu nausea, vomitting, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, stupor, pontanel bulging (pada bayi), papilledema dan pseudotumor cerebri (pembesaran tumor otak), juga pyreksia dan pengelupasan kulit

Kondisi hiperavitaminosis A meryupakan hasil dari konsumsi yang berlebihan dari pro-vitamin A (bukan karotenoid) yang berlangsung lama (kronis) maupun akut. Adanya retinol yang teresterifikasi pada plasma fasting (berkaitan dengan plasma lipoprotein) merupakan indikator awal dari hiperavitaminosis A. Umumnya tanda toksisitas berkaitan dengan kelebihan konsumsi 10 kali dari RDA yang merupakan hasil dari perilaku makan (misalnya konsumsi hati yang berlebih atau pengobatan sendiri dengan vitamin A dosis tinggi. Bahkan pada pengguna suplementasi vitamin/mineral yang sehat (dalam jumlah sekitar satu hingga dua kali RDA vitamin A), menunjukkan peningkatan yang signifikan pada plasma fasting retinil ester (Ross,19990. Hasil studi Krasinski, et.al (1989) dalam Ross (1999), pada orang dewasa tua peningkatan plasma retinil ester berkaitan dengan penggunaan suplemen vitamin A jangka panjang (> 5 tahun) dan beberapa mengalami kerusakan hati (peningkatan serum transaminase). Data ini meningkatkan kemungkinan bahwa pada tingkat sedang, suplementasi vitamin A jangka panjang dapat menyebabkan hiperavitaminosis A sedang pada beberapa individu
Toksistas kronis menghasilkan gambaran klinis yang aneh yang sering salah diagnosis karena kegagalan untuk memperkirakan kelebihan intik vitamin A. Hal ini ditunjukkan oleh anoreksia, penurunan berat badan, sakit kepala, pandangan yang kabur, diplopia, kulit yang kering dan bersisik, alopecia, rambut yang kasar, hepatomegaly, splenomegaly, anemia, pertumbuhan tulang baru yang subperiosteal penipisan kortikal (khususnya tulang tangan dan kaki), dan perubahan warna gusi

Toksisitas vitamin A juga menyebabkan sindrom celebral yang mencakup epitel, hati, dan tulang dan meningkatkan konsentrasi serum vitamin A. Hal ini tidak saja terlihat pada bayi tetapi beberapa tahun terakhir menjadi umum karena pengobatan sendiri yang berlebihan. Sindrom lainnya, karotenemia disebabkan oleh intik karoteinoid yang berlebihan

Vitamin A dan retinoid lainnya merupakan teratogen yang kuat baik pada hewan percobaan yang hamil dan wanita hamil. Kelainan lahir yang dilaporkan pada akhir musim semi pada wanita yang menerima 13-cis-asam retinoic (isotertinoin) selama kehamilan. Peningkatan resiko kelahiran terjadi pada bayi dari wanita yang mengkonsumsi lebih dari 10.000 IU per hari suplemen pro-vitamin A tujuh minggu sebelum melahirkan ; laporan lain mengindikasikan bahwa kelainan lahir mungkin terjadi pada tingkat beberapa kali lebih tinggi. Sebaliknya, jika pemberian suplementasi vitamin A atau β-karoten sesuai dengan jumlah yang dianjurkan selama masa kehamilan akan menurunkan angka kematian yang berkaitan dengan kehamilan di populasi yang kurang gizi di wilayah pedesaan di Nepal

Konsumsi vitamin A dosis tinggi berbahaya. Intik vitamin A sebanyak 10 kali dari RDA atau lebih tinggi oleh wanita hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin. Tingkat intik tersebut akan mengakibatkan symtoms neurologi dan kerusakan pada mata jika dikonsumsi oleh anak atau orang dewasa. Sebaliknya, konsumsi β-karoten dosis tinggi tidak menyebabkan toksistas. Konsumsi β-karoten dosis tinggi dapat menyebabkan peningkatan tingkat β-karoten dalam plasma, walaupun respon tersebut berbeda untuk masing-masing individu. Tingkat plasma karotenoid yang tinggi hanya sedikit atau sama sekali tidak mempengaruhi tingkat vitamin A plasma

Hiperkarotenosis
Kelebihan intik karotenoid dapat menyebabkan hiperkarotenosis. Perubahan warna kulit menjadi kuning atau orange (xanthosis cutis, carotenoderma) mempengaruhi daerah dimana sekresi sabum terbesar – yaitu lipatan nasolabial, dahi kepala, axillae, dan groin- dan permukaan keranisasi seperti telapak tangan dan kaki. Membran sclerae dan buccal tidak terpengaruh, yang membedakannya dari penyakit kuning, yaitu dimana tanda tersebut berada

Interaksi dengan Zat Gizi Lain

Vitamin A mempunyai interaksi dengan vitamin-vitamin larut lemak yang lain, vitamin C dan mineral seng. Interaksi vitamin A dengan seng erat kaitannya dengan efek negatif defisiensi seng terhadap metabolisme vitamin A yaitu defisiensi seng dapat menurunkan tingkat serum vitamin A. Mekanisme yang menyebabkan rendahnya plasma vitamin A di hati. Defisiensi seng dan vitamin A selama masa kehamilan akan menyebabkan efek teratogenik

Vitamin A juga memilki interaksi dengan besi. Nilai hemoglobin berkurang dengan pola yang sama dengan plasma vitamin A dan vitamin A yang cukup juga meningkatkan nilai hemoglobin seiring dengan kenaikan vitamin A. Mekanisme interaksi antara vitamin A dan besi adalah terjadinya gangguan mobilisasi pada besi dari hati dan/atau penggabungan besi ke eritrosit bila terjadi defisiensi vitamin A. Vitamin dan β-karoten dapat membentuk suatu kompleks dengan besi untuk membuatnya tetap larut dalam lumen usus halus dan mencegah efek penghambat dari fitat dan polifenol pada absorpsi besi

Interaksi vitamin A dengan vitamin D yaitu jika terjadi kelebihan tingkat vitamin A dan D mengakibatkan efek antagonis pada plasma kalsium, fosfor dan asam fosfat. Antagonistik vitamin A dan D memperbaiki menurunkan laju pertumbuhan dan mengurangi kandungan mineral tulang ketika pemberian vitamin A atau D saja pada dosis yang tinggi
Kebanyakan interaksi vitamin A dan E menguntungkan. Vitamin E melindungi kerusakan oksidatif dari vitamin A. Studi pada hewan menunjukkan bahwa tingkat vitamin A yang tinggi akan meningkatkan kebutuhan vitamin E

Tingkat intik vitamin A yang tinggi mempunyai efek yang merugikan terhadap aksi vitamin K. Hipoprotthrombinemia telah dipelajari pada manusia dan hewan berkaitan dengan hiperavitaminosis vitamin A

Beberapa efek toksik vitamin A tampaknya diperbaiki oleh vitamin C. Pada manusia, ekskresi vitamin C melalui urine meningkat pada kejadian hiperavitaminosis A, yang mengindikasikan pengurangan dalam vitamin A jaringan

Studi mengenai diare kronis pada tikus menunjukkan bahwa diare tidak mempunyai pengaruh terhadap vitamin A di hati, tetapi menurunkan konsentrasi serum vitamin A dari tikus yang diberi konsumsi laktosa dibanding tikus yang diberi konsumsi kontrol. Diare kronik berkaitan dengan diet laktosa yang berlebih yang akan memgurangi absorpsi vitamin A dan E dan secara khusus terhadap status vitamin E

Studi pada 219 anak Meksiko usia 18-36 bulan yang menerima 20 mg seng/hari, 20mg besi/hari, keduanya dan plasebo menunjukkan kasil 6 bulan setelah suplementasi seng dan besi, plasma retinol meningkat pada semua kelompok yang diberi suplemen. Dibandingkan dengan kelompok plasebo, suplementasi seng berkaitan dengan plasma retinol dan transthyretin yang lebih tinggi secara signifikan, tetapi peningkatan retinol-binding protein (RBP) tidak signifikan. Suplementasi besi meningkatkan plasma retinol, RBP dan transthyretin secara signifikan, sedangkan suplementasi keduanya secara signifikan meningkatkan plasma retinol, tidak pada RBP dan transthyretin. Anak-anak yang mengalami defisiensi seng, besi atau vitamin A (sebagaimana yang diindikasikan oleh konsentrasi zat gizi plasma) pada awal studi memiliki peningkatan retinol yang signifikan dibanding anak dengan status gizi normal. Suplementasi seng, besi atau keduanya akan memperbaiki indikator status vitamin A

No comments: